JEREMY MILLER
Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)
Dua puluh satu tahun yang lalu, saat saya masih kuliah, saya bergumul tentang bagaimana mengikut Yesus sebagai seorang seniman. Saya memiliki banyak pertanyaan yang tampaknya tidak akan cocok dengan jawaban-jawaban Sekolah Minggu pada umumnya. Di mana posisi seorang seniman dalam budaya gereja? Bagaimana saya bisa menggunakan karunia saya untuk melayani? Sepertinya saya tidak punya tempat…apakah saya diinginkan di sini?
Hari ini, saya menggembalakan para seniman yang juga menanyakan banyak pertanyaan serupa. Sejujurnya, masih belum ada jawaban yang mudah, tetapi percakapan dan kasih sayang adalah kunci. Tidak jarang percakapan akan mengungkap adanya seniman yang tertawan oleh kasih Yesus, tetapi terluka oleh gereja. Pergumulan untuk menyesuaikan diri membuat mereka merasa harus menyembunyikan sebagian dari siapa diri mereka. Ironisnya, hal yang mereka rasa harus disembunyikan itu bukanlah dosa. Namun, karena rasa malu, mereka malah menyembunyikan karunia yang Allah berikan kepada mereka untuk membangun Gereja-Nya.
Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk memikirkan kembali mengapa gereja membutuhkan seni dan seniman. Sayangnya, sebuah artikel tidak cukup panjang untuk membahas semua isu historis, teologis, dan praktis yang terkait dengan topik ini. Namun, diskusi ini dapat menghasilkan hal baik yang dapat membantu kita mengasihi "tetangga" kreatif kita seperti kita mengasihi diri sendiri.
Mari kita mulai mengevaluasi kembali tempat seni dalam komunitas ibadah kita dengan melihat dengan saksama rancangan Allah dalam penciptaan, tujuan di balik karunia yang Dia berikan, dan bagaimana pengajaran membantu atau menghalangi pembelajaran.
DIPANGGIL UNTUK MEREFLEKSIKAN SANG PENCIPTA
Gereja membutuhkan seni karena kita menyembah Sang Seniman Agung…
Kitab Kejadian memberi tahu kita bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Dapatkah Anda membayangkannya? Di atas kanvas kehampaan, kuas metaforis-Nya (yang dicelupkan dalam esensi imajinasi ilahi-Nya) menggoreskan surga dengan berbagai detailnya. Dia adalah Pencipta yang sesungguhnya. Dia menciptakan dunia yang sempurna dalam enam hari dan menyediakan jalan bagi manusia untuk melanjutkan panggilan mencipta.
Dalam Kejadian 1:26, Allah Tritunggal yang Agung menyatakan, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." Lagi, di ayat 27, "Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka" (TB2).
Manusia dimaksudkan untuk mencerminkan Allah dengan cara yang tidak dimiliki ciptaan lainnya. Bagaimana caranya? Hanya manusia yang diberi hak istimewa untuk merefleksikan Sang Pencipta. Adam dan Hawa (dan semua keturunan mereka) diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ini tidak berarti bahwa kita secara fisik mirip dengan Allah. (Allah adalah roh tetapi sering kali digambarkan dalam istilah antropomorfik untuk kebaikan dan pemahaman kita.) Sifat-sifat intrinsik Sang Pencipta telah dibagikan kepada kita. Bagian rasional dan emosional dari keberadaan kita mengalir dari karakter ilahi-Nya. Kita diciptakan untuk mencerminkan Allah dan salah satu cara kita melakukannya adalah melalui tindakan mencipta.
Meskipun kehadiran dosa telah merusak proses kreatif, setiap upaya artistik membawa kesaksian tentang sumber kekal dari kreativitas kita. Kita mencipta karena Allah mencipta…dan terus mencipta (Pengkhotbah 3:11). Ketika ada kesepakatan antara pekerjaan tangan kita, motivasi hati kita, dan pimpinan Roh Kudus, seni kita menjadi sebuah tindakan ibadah.
KARUNIA DENGAN TUJUAN
Gereja membutuhkan seni karena ini adalah karunia yang dipercayakan kepada seniman dengan tujuan…
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa, jika umat manusia dimaksudkan untuk mencerminkan Allah, karya seni terbesar Anda tampak seperti gambar orang karya murid kelas dua. Ini adalah pertanyaan yang wajar. Mungkin minat Anda telah membawa Anda untuk mengarahkan upaya Anda ke arah yang berbeda. Kita semua secara kreatif merefleksikan Allah tetapi tidak semua kreativitas diekspresikan dengan cara yang sama. Allah mencintai keragaman dan mengizinkan kita untuk merefleksikan diri-Nya secara berbeda. Jika kita semua mencerminkan Allah dengan cara yang sama, kita tidak akan membutuhkan satu sama lain.
Selain itu, meskipun Allah mencipta dengan sempurna, ciptaan kita sangat jauh dari itu. Ini berarti pertumbuhan progresif dan dedikasi dibutuhkan untuk membantu kita mengembangkan sebuah keterampilan atau kemampuan. Mustahil bagi kita semua untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu, kita membuat pilihan tentang bagaimana cara terbaik menggunakan waktu kita sesuai dengan karunia dan kebutuhan kita.
Dalam Perjanjian Baru, kita membaca tentang bagaimana Allah memberikan karunia rohani yang berbeda kepada orang percaya. Karunia-karunia ini memiliki tujuan. Dalam 1 Korintus 12:11 kita membaca, "Namun, semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya" (TB2).
Pengetahuan saya tentang Allah dan pengalaman pribadi saya membuat saya percaya bahwa kemampuan alami kita sering menjadi saluran di mana karunia rohani kita memanifestasikan dirinya. Sebagai pendeta/pengajar, saya dikenal membuat lukisan untuk menekankan khotbah saya. (Beberapa pekan yang lalu, saya mengajarkan tentang Yesus dengan menggunakan simbol-simbol yang terukir di panel kaca patri gereja kami.) Seorang seniman berkarunia memberi akan mempersembahkan perpuluhan dari hasil karyanya yang dijual; seorang dengan karunia belas kasihan mungkin menarik perhatian kita pada kebutuhan yang relevan dengan menggunakan tangan dan hatinya. Dan seorang seniman dengan karunia meneguhkan…masih banyak lagi yang bisa dilakukan! Ini hanya contoh tetapi dapatkah Anda membayangkan berkat yang bisa diberikan oleh seorang seniman yang dipimpin oleh Roh kepada gereja Anda?
Intinya, karena kita telah diberi karunia yang berbeda dengan tujuan, gereja tidak lengkap sampai setiap orang percaya dengan setia menjalankan perannya. Gereja membutuhkan seni karena itu adalah panggilan yang dipercayakan kepada bagian tubuhnya.
PELAJARI DENGAN MENDALAM TAPI BERBEDA
Gereja membutuhkan seni karena Injil dipertaruhkan…
Untuk mengilustrasikan poin terakhir ini, saya ingin menyampaikan sebuah cerita.
Beberapa tahun yang lalu, saya diundang untuk meningkatkan pengalaman ibadah gereja dengan menyediakan pameran seni di lobi gereja tersebut. Koleksinya didasarkan pada simbolisme Trinitaris. Saat saya selesai mengatur tampilan saya, seorang perempuan paruh baya masuk ke lobi dengan seorang cucu di sampingnya. Dia jelas-jelas gugup dengan perubahan rencana pagi harinya secara keseluruhan. Setelah menghilang sejenak untuk mengantar anak tersebut ke Sekolah Minggu, dia muncul kembali.
Perempuan itu kelihatan bingung. Ada kelas pengajaran yang sudah dimulai, dan dia pasti terlambat. Dia terdiam sejenak, lalu berjalan di samping saya dan, setelah beberapa saat memproses lukisan di hadapannya, bertanya tentang maknanya. Saya bersyukur atas kesempatan untuk berbagi dan membawanya menikmati setiap lukisan dengan menggunakan jari saya untuk mengarahkan pandangannya.
Di tengah-tengah membaca simbol-simbol dalam karya saya, saya berbalik menghadapnya. Apa yang saya lihat menghentikan kalimat saya setengah jalan. Pikiran saya bergerak cepat menanggapi pemandangan di depan saya. Di sana, di pipi perempuan ini, mengalir air mata yang tak terduga.
Meskipun saya sangat antusias dengan apa yang saya buat, karya saya –pada dasarnya– jauh dari sentimental. Sebaliknya, air matanya adalah respons terhadap Roh Kudus yang menerangi mata hatinya (Efesus 1:18).
Beberapa saat setelahnya, dia mengakui bahwa meskipun dia adalah seorang Kristen yang setia datang ke gereja, dia telah mendengar lebih banyak berita Injil dalam lima belas menit yang kami habiskan bersama daripada dalam lima belas tahun sebelumnya.
Pertanyaan besar mulai memenuhi pikiran saya. Bagaimana ini bisa terjadi? Saat percakapan kami berlanjut, saya mengetahui bahwa dia adalah seorang pembelajar visual dan seorang seniman mural yang kreatif. Meskipun gereja setia dalam misi mereka untuk memberitakan Injil, mereka gagal mengajar dalam berbagai cara. Oleh karena itu, dia merasa seolah-olah dia telah "diberi ceramah" tetapi tidak "diajak bicara."
Kita cenderung mengajar dengan cara terbaik kita belajar. Namun, jika Injil itu sepenting yang kita yakini, kita harus terbuka terhadap berbagai gaya mengajar dan belajar. Kita tidak bisa menyampaikan pesan kehidupan kepada seseorang jika kita tidak bersedia berusaha untuk merengkuhnya. Seni adalah salah satu alat yang Allah berikan kepada kita untuk mengomunikasikan kebenaran-Nya.
PENUTUP
Seni adalah karunia dan alat yang diperlukan untuk pemberitaan Injil. Tolong hindari memandangnya sebagai tambahan. Penting sekali untuk memahami siapa, apa, dan bagaimana kita percaya. Gereja membutuhkan seni karena membantu kita memahami Allah-Sang Seniman yang kita sembah dan Pribadi yang menciptakan kita untuk merefleksikan diri-Nya. Gereja membutuhkan seni karena itu adalah karunia yang diberikan dengan tujuan. Dan akhirnya, gereja membutuhkan seni karena pendengaran akan Injil dipertaruhkan. Sebagai agen kasih karunia Allah dan karya seni buatan tangan-Nya (Efesus 2:10), kiranya goresan kuas kehidupan Anda menggambarkan kasih Yesus yang hidup dengan cara yang baru dan beragam!
***
Selain menjadi seorang seniman, Jeremy Miller adalah seorang pendeta dan penerima tiga gelar dalam studi teologi: Master of Arts dalam Pendidikan Kristen (Dallas Theological Seminary), Master of Biblical Studies (Virginia Beach Theological Seminary), dan Bachelor of Science dalam Bible/Missions (Lancaster Bible College). Selama 18 tahun terakhir, Allah telah memanggilnya dan keluarganya untuk menetap di tiga negara bagian dan dua negara untuk melayani Yesus. Baru-baru ini, doanya telah memimpinnya mendirikan sebuah pelayanan bernama Poiema Visual Arts di Lancaster County, Pennsylvania. Poiema Visual Arts adalah infrastruktur pelayanan yang berada Pennsylvania dengan tujuan memfasilitasi pemuridan, pendidikan, dan komunitas bagi seniman visual Kristen. Untuk mempelajari lebih lanjut, kunjungi situs mereka, www.poiemavisualarts.org, atau ikuti mereka di YouTube, Facebook, atau Instagram untuk mengetahui lebih lanjut.
Comments