Diadaptasi dari: reformedworship.org
Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)
Kelaziman dalam ibadah masa Adven dan Natal baik di gereja maupun di rumah adalah lilin Adven. Setiap Minggu, sebuah lilin dinyalakan hingga akhirnya Lilin Kristus –yang berada di tengah empat lilin lain– dinyalakan pada Malam Natal atau Hari Natal.
Namun, tidak banyak yang mengenal lilin Lenten –sebuah adaptasi dari rangkaian lilin Adven yang juga dapat digunakan dalam perenungan pribadi atau keluarga, dan bahkan digunakan dalam ibadah korporat.
Rangkaian lilin Lenten terdiri dari enam lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna putih –yang berarti kemurnian, melambangkan Kristus, sama seperti yang ada dalam rangkaian lilin Adven. Bila rangkaian lilin Adven dibentuk dalam formasi lingkaran, rangkaian lilin Lenten dapat diletakkan dalam satu garis, di mana lilin putih diapit oleh masing-masing tiga lilin ungu di sisi kanan dan kiri. Atau, formasi lilin dapat dibentuk mengikuti bentuk segitiga –dengan dasar berwarna hitam atau ungu– di mana dua lilin ungu di masing-masing sisinya dan lilin putih di tengah.
Warna hitam melambangkan abu kematian –seperti yang diwartakan dalam Rabu Abu, permulaan masa Lenten– dan sikap mati terhadap diri yang digaungkan selama masa Lenten. Warna hitam juga melambangkan kematian Kristus pada Jumat Agung.
Warna ungu melambangkan pertobatan. Secara historis, Lenten adalah masa persiapan bagi umat yang akan menerima baptisan pada ibadah Malam Paskah. Ungu juga menandakan introspeksi rohani pada masa Lenten.
Bila dalam masa Adven semua lilin akan dinyalakan satu per satu setiap Minggu hingga Natal, pada masa Lenten semua lilin sudah dinyalakan pada Rabu Abu. Kemudian, setiap Minggu, satu per satu lilin ungu akan dipadamkan. Pada Minggu Palma, lilin ungu terakhir akan dipadamkan dan meninggalkan hanya satu lilin yang menyala, yaitu Lilin Kristus. Pada Jumat Agung, ketika mengenang kematian Kristus di atas salib, lilin putih itu akan dipadamkan, menyisakan kegelapan.
Sang Terang Dunia mati, dunia seakan kehilangan pengharapan.
Namun, pada Minggu Paskah, Lilin Kristus kembali dinyalakan melambangkan kebangkitan dan kemenangan Kristus.
Ada banyak sumber yang dapat digunakan untuk melengkapi dan memperkaya renungan Lenten pribadi dan keluarga. Litani berikut ini dapat menjadi bahan yang baik untuk digunakan dalam renungan keluarga atau ibadah masa Lenten.
Litani Lilin Lenten
(Di awal masa Lenten, semua lilin sudah dinyalakan. Di Minggu berikutnya, jumlah lilin yang padam di awal akan terus berkurang satu.”)
Menyanyi:
“Pimpin ke Kalvari,” KPPK 120
atau
“Yesus, Engkaulah Rajaku,” NKB 90
Pemimpin: Kristus, Engkaulah Terang Dunia.
Jemaat: Terang Sejati yang menerangi setiap orang.
Pemimpin: Namun, kami mengaku ada kalanya kami berusaha menyembunyikan terang itu di antara kami. Terkadang kami tidak menegakkan apa yang benar dan terkadang secara sadar kami melakukan yang salah.
Jemaat: Ampuni kami karena kami tidak membiarkan terang-Mu bersinar melalui kami.
Pemimpin: Kami juga mengaku bahwa terkadang kami menghalangi orang lain untuk menjadi saksi terang-Mu. Kami mengolok mereka karena berbuat baik dan mendorong mereka untuk berbaur dengan dunia.
Jemaat: Ampuni kami karena kami menghalangi orang lain menjadi saksi-Mu.
(Padamkan satu lilin.)
Pemimpin: Kristus, tolong kami untuk membawa terang-Mu ke mana pun kami pergi, ke dalam dunia yang gelap ini.
Jemaat: Tolong kami menjadi saksi-saksi-Mu,
Pemimpin: agar melalui segala hal, kami menyatakan:
Jemaat: Kristus telah mati, Kristus telah bangkit, Kristus akan datang kembali.
Menyanyi:
“Jadikan Aku Saluran Berkat,” KPPK 326
atau
“Di Jalan Hidup yang Lebar, Sempit,” NKB 200
Lagu-Lagu untuk Renungan Pribadi atau Keluarga
“Aku Tak Tahu,” KPPK 110
“Di Dunia yang Penuh Cemar,” NKB 204
“Jadikan Aku Saluran Berkat”
“Kasih-Nya Lampaui Dosa”
“Kaulah, Ya Tuhan, Surya Hidupku,” KJ 405
Comments