top of page
Writer's pictureWOW Ministry

MUNGKIN GEREJA ANDA TIDAK BERPUSATKAN PADA INJIL SEPERTI YANG ANDA KIRA

TONY MERIDA


Diterjemahkan oleh Rendi Setiawan (@rendilindungi)



Surat Paulus kepada jemaat di Roma bukan hanya membahas rencana keselamatan Allah terhadap manusia. Surat ini bukan sekedar tulisan yang menjelaskan tentang keselamatan individu (meskipun secara jelas surat ini mengkomunikasikan sebuah pesan yang mulia). Surat Roma ini juga mengajarkan kepada kita tentang komunitas dan misi yang berpusatkan pada Injil.


Michael Bird berkata bahwa Paulus melakukan “penginjilan” (gospelizing) jemaat-jemaat yang ada di Roma. Ia ingin agar hidup mereka diproses untuk dibentuk dan dimampukan oleh Injil. Seperti sebuah logam yang dimagnetisasi akan berubah menjadi bersifat magnetik. Contoh lain, seperti sebuah alat operasi bedah yang perlu disterilisasi supaya menjadi steril. Demikian pula, Paulus di dalam suratnya untuk jemaat di Roma, ia menginginkan agar para jemaat mengalami hidup yang dibentuk dan diberdayakan oleh injil. Hal ini terefleksikan terutama di setengah akhir dari surat Roma. Oleh sebab itu, surat Roma adalah sebuah kitab yang sangat baik untuk kita pertimbangkan, bukan hanya untuk menemukan dasar-dasar kejelasan teologi, namun juga menambahkan wawasan kita tentang apa itu kepemimpinan yang berpusatkan Injil.


Sebelum kita membahas manfaat dari keberpusatan pada Injil, sangat penting untuk kita membedakan pendekatan ini dengan pendekatan-pendekatan yang lain:

  • Gereja yang menolak Injil (Gospel-Denying Churches): seharusnya, gereja yang menolak Injil tidak layak disebut gereja. Beberapa aliran sekte gereja dan paham liberalisme dapat masuk dalam kategori ini. Mereka menolak esensi kebenaran dari berita Injil.

  • Gereja yang mendefinisikan ulang Injil (Gospel-Redefining Churches): berkaitan dengan kategori yang sebelumnya, gereja yang mendefinisikan ulang Injil memiliki kecenderungan untuk menambahkan dan mengurangi esensi berita Injil. Contoh-contoh dari kategori ini adalah gereja yang memiliki paham Injil kemakmuran (prosperity gospel) dan Injil sosial (social gospel).

  • Gereja yang mengasumsikan Injil (Gospel-Assuming Churches): gereja-gereja dalam kategori ini percaya akan berita Injil, namun jarang sekali memberitakan Injil secara terus terang dan mendalam. Sebuah kekristenan yang ringan (Christianity-lite). Pesan-pesan tentang kepemimpinan, khotbah-khotbah yang terapeutik, dan fokus kepada perbaikan secara praktis adalah topik-topik yang terus dibicarakan dalam gereja ini.

  • Gereja yang meneguhkan Injil (Gospel-Affirming Churches): gereja-gereja yang hanya percaya kepada Injil sebatas doktrin, namun Injil hanya berguna dalam maksud kegiatan penjangkauan. Gereja ini memisahkan Injil itu sendiri dari aspek-aspek lain dalam kehidupan bergereja.

  • Gereja yang menyatakan Injil (Gospel-Proclaiming Churches): gereja ini dikenal dengan cara mengajarkan Injil pada setiap Minggu dalam ibadah korporat. Namun, Injil masih dipandang sebatas konteks penginjilan. Injil memberikan pemahaman bagaimana seseorang menjadi bagian dalam kerajaan Allah, namun mereka tidak mengajarkan bagaimana cara Injil dapat membentuk dan memberdayakan kehidupan kekristenan orang percaya. Apa yang disampaikan kepada orang-orang percaya adalah bentuk lain dari moralisme bagi orang-orang yang sudah percaya.

  • Gereja yang berpusatkan Injil (Gospel-Centered Churches): gereja yang berpusatkan Injil memberitakan Injil secara tegas setiap Minggu kepada seluruh jemaat dan bukan hanya kepada orang yang belum percaya. Mereka memberitakan Injil dan mengaplikasikan Injil kepada orang-orang kristen sama seperti yang telah dilakukan Paulus terhadap jemaat di Roma (Rom. 1:15). Injil membentuk dan menguatkan nilai-nilai kekristenan (Christian Ethics) dan kehidupan komunitas orang percaya.


Contoh-contoh: pernikahan yang diajarkan melalui sudut pandang kasih Kristus kepada gereja-Nya (Ef. 5:25); kedermawanan yang dipandang dari kacamata sifat kedermawanan Kristus (2 Kor. 8:9); panggilan untuk saling mengampuni sama seperti pengampunan Kristus kepada saya (Kol. 3:13); keramahtamahan yang diinspirasi oleh Kristus yang telah menyambut kita (Rom. 15:7). Panggilan untuk melakukan aksi sosial seperti mempedulikan anak-anak yatim piatu, para janda, para pengungsi, dan orang-orang yang miskin juga menjadi nyata di dalam hidup orang percaya mengacu kepada identitas kita di dalam Kristus.



Implikasi Injil

Saya dapat menemukan banyak alasan untuk menjadi gereja yang berpusatkan Injil, namun saya akan memberikan lima alasan untuk sekarang:


1. Injil mengubah kehidupan.

Jika kamu seorang perintis gereja, gembala, misionaris, atau pemimpin pelayan, maka sangatlah penting untuk memiliki keyakinan yang teguh terhadap Injil. Sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan kita (Rom. 1:16). Allah dengan senang hati menyelamatkan para pendosa dan Allah juga senang ketika berita keselamatannya diberitakan kepada dunia. Allah senang menyucikan umat-Nya dan proses pemurnian di dalam kehidupan kita dikerjakan Allah ketika kita mempraktekan hidup yang berpadanan dengan Injil.


2. Injil menuntun kita untuk menyembah.

Injil mengubah hidup kita dari dalam ke luar. Ketika hati kita, apa yang kita cintai berubah, semua hal di dalam kehidupan kita berubah. Ketika seseorang sungguh-sungguh mencintai Yesus, kecintaan ini akan mengubah perilaku seseorang secara dramatis. Kita dapat melihat bahwa teologi Paulus selalu membawa dia kepada kepada Doksologi (Rom. 8:31-39; 11:33-36).


3. Injil mengangkat kita dari keputusasaan.

Dosa, penderitaan, dan kematian membawa kita kepada keputusasaan. Injil mengangkat orang-orang kudus-Nya dari lembah kelam dengan mengingatkan kita terus menerus bahwa keputusan Allah telah ditetapkan atas hidup kita; bahwa meskipun kita menderita sekarang, kita tidak pernah lepas dari genggaman kasih karunia Allah Bapa. Bahkan maut tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rom. 8:31-39).


4. Injil menyatukan orang-orang yang percaya dalam komunitas.

Dalam Roma 8, Paulus gembira karena janji-janji mulia yang terkandung dalam Injil. Sangatlah penting untuk kita melihat subyek yang bersifat plural, Paulus menggunakan kata “kita”, “kami”, “saudara-saudari”, dan sebagainya. Paulus menginginkan kesatuan antara orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi di dalam Kristus, Paulus terus menjelaskan keindahan kesatuan yang Injil janjikan di dalam beberapa pasal yang ia tulis. Paulus ingin jemaat Roma mengejar kesatuan di dalam Injil dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat mempraktekan saling mengasihi (Rom. 12-14).


Ketika kita sampai Roma 15, permohonan Paulus mencapai puncaknya dalam doa: “Semoga Allah, yang adalah sumber kekuatan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Rom. 15:5-6). Paulus menerapkan teologi yang ia percaya untuk membangun kesatuan dalam keberagaman umat Allah.


5. Injil mendorong pekerjaan misi orang percaya.

Kita dapat bertahan menghadapi oposisi ketika kita percaya dengan janji-janji seperti yang tertulis dalam Roma 8. Ketika Injil menjadi sesuatu hal yang penting dan besar di dalam hidup kita, kita semakin rindu untuk membawa berita ini kepada bangsa-bangsa. Tidak banyak orang yang memiliki kerinduan untuk pergi kepada bangsa-bangsa karena mereka belum menemukan bahwa Injil adalah berita yang penting untuk dikumandangkan.


Bukanlah sebuah kejutan bagaimana Paulus mengakhiri surat Roma. Di pasal 15, Anda akan menemukan bahwa surat Roma adalah surat pendukung misi. Paulus ingin pergi ke Spanyol untuk memberitakan Injil. Tom Schreiner berkata bahwa Paulus mungkin sudah berumur 60 tahun ketika Ia menulis surat Roma. Demikianlah visi yang besar dari Injil. Injil mendorong kita untuk bermisi secara global.


Kejarlah Keberpusatan Pada Injil

Mari kita sama-sama menjadikan keberpusatan pada Injil (gospel-centeredness) sebagai sebuah budaya di dalam gereja dan pelayanan kita. Jadikan keberpusatan pada Injil sebagai sebuah gaya hidup di dalam hidup personal kita. Ajarkan bagaimana Injil dapat dipraktekan di dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan Injil sebagai hal yang dapat kita lihat melalui susunan tata cara ibadah. Doakan Injil. Nyanyikan Injil. Penuhi kelompok-kelompok dan kelas-kelas dengan Injil. Majukan Injil melalui penginjilan dan perintisan gereja. Rayakan Injil ketika ada hidup yang diubahkan. Evaluasi kembali pelayanan kita dengan seksama bagaimana Injil diberitakan dan dinyatakan.


Kiranya, kita dapat mengikuti nasihat dari Charles Spurgeon: “Berpeganglah kepada Injil, dan terus semakin kuat. Berikan Kristus dan hanya Kristus kepada orang-orang. Puaskan ataupun buat mereka kewalahan dengan Injil. Baik di tepi jalan, dalam ruangan kecil, di teater, di mana saja, biar Kristus yang diberitakan. Tulislah buku-buku dan lakukan apapun dengan sekuat tenaga kita, namun apapun yang tidak dapat kita lakukan, khotbahkan Kristus.”


Dari “tepi jalan” menuju “ruangan kecil”, dalam aula ibadah yang besar maupun gereja-gereja di rumah-rumah, dari kota-kota menuju desa-desa, dari masyarakat kota yang tinggal di pemukiman yang padat ataupun masyarakat pinggir kota yang kaya, di tempat yang sulit maupun di tempat berlibur, biarlah kiranya kita tetap memegang apa yang utama dalam hidup kita, berita bahwa Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, di dalam hidup, pelayanan, dan gereja kita.


80 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page