RYAN GRIFFITH
Sumber: desiringgod.org
Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)
Jika Pentakosta tidak ada, kita tidak akan tahu tentang Paskah.
Bagi kebanyakan dari kita, Minggu tersebut tidak akan ditandai sebagai Minggu Pentakosta di kalender kita. Namun, ini hal yang teramat penting bagi umat Kristiani, dan paling tidak ada tiga alasan mengapa hari itu haruslah dirayakan.
Memahami Konteks
Pertama, latar belakangnya. Kita perlu ingat bahwa Yesus, setelah kebangkitan-Nya, menghabiskan 40 hari bersama murid-murid-Nya (Kisah Para Rasul 1:3). Bayangkan momen-momen itu – Juru Selamat yang bangkit dalam tubuh kemuliaan-Nya bercakap-cakap dan berdoa bersama teman-teman dekat-Nya (Lukas 24:39-43). Namun, semua itu harus berakhir. Yesus harus kembali kepada Bapa dan menegakkan pemerintahan-Nya yang kekal dengan menerima, sebagai Anak Manusia, semua kekuasaan, kekuatan, dan kewenangan (Lukas 24:44-51; bandingkan Daniel 7:13-14).
Menyaksikan Yesus terangkat ke surga (Kisah Para Rasul 1:11), seketika para murid pastilah merasa kehilangan. Namun, Yesus meneguhkan mereka dengan janji yang penting, “...tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 1:5).
Mengenang Pembebasan Israel
Jadi, pada hari yang ketujuh setelah kenaikan Yesus, kita mendapati para murid berkumpul di Yerusalem, berdoa, menanti, dan merayakan Hari Raya Tujuh Pekan. Perayaan tahunan yang penting ini diadakan pada hari Sabat ketujuh setelah Paskah.
Pada penutupan Paskah, berkas pertama dari panen jelai akan dipersembahkan kepada Allah di Bait Suci, mengantisipasi panen yang lebih besar yang akan terjadi berikutnya di musim panas. Di hari kelima puluh setelah Paskah (Pentakosta berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yang berarti lima puluh), seluruh umat Israel akan datang ke Bait Suci di Yerusalem untuk merayakannya di hadapan Allah. Orang tua, anak-anak, budak laki-laki dan perempuan, para pendatang, para yatim piatu, dan para janda akan mengucap syukur serta merayakan hari yang mengingat pembebasan Israel dari perbudakan Bangsa Mesir (Ulangan 16:9-12).
Lukas memberitahu kita bahwa para murid sedang berkumpul pada hari Pentakosta,
“Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kisah Para Rasul 2:2-4)
Menurut Lukas, orang-orang Yahudi dari segala bangsa di bawah kolong langit berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta. Kumpulan internasional yang jumlahnya banyak itu berkumpul dan menjumpai pada murid yang menyatakan Injil dalam bahasa-bahasa yang dapat dipahami setiap orang. Saat mereka terkagum dengan apa yang terjadi, Petrus menjelaskan mukjizat tersebut sebagai penggenapan firman Allah:
“...tetapi itulah yang difimankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.”
(Kisah Para Rasul 2:16-18)
Petrus melanjutkan dengan menyatakan bahwa hal yang mereka dengar adalah pengesahan dari ketuhanan Yesus, Sang Mesias, dan penggenapan dari janji-janji Allah (Kisah Para Rasul 2:29-36). Mereka yang ada di sana “tertusuk hingga kalbu yang terdalam”, tiga ribu orang dari antara mereka menerima kabar baik bahwa Yesus adalah Mesias, dan mereka dibaptis (Kisah Para Rasul 2:41). Kisah Para Rasul selanjutnya menguak perubahan yang mentransformasi dunia yang telah dimulai pada momen-momen di hari Pentakosta tersebut.
Tiga Alasan untuk Merayakan
Kalau begitu, apa pentingnya Pentakosta bagi kita?
1. Pentakosta menggenapi janji Yesus bahwa Ia tidak pernah meninggalkan umat kepunyaan-Nya.
Sekalipun perpisahan pada kenaikan-Nya dapat terasa sangat menyakitkan, Yesus memberi jaminan kepada para murid bahwa Dia pergi untuk kebaikan mereka,
“Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu… Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”
(Yohanes 16:7, 13-14)
Penggenapan dari janji Yesus adalah pencurahan karunia Roh Kudus kepada para murid dan, seperti yang dinyatakan Petrus, kepada semua umat Allah di era yang baru ini (Kisah Para Rasul 2:38).
Janji dari perjanjian baru ini adalah milik kita melalui bersemayamnya Roh Kudus (Yeremia 31:33, Yehezkiel 36:26). Yesus tidak mengakhiri karya-Nya di bumi dengan kenaikan-Nya – Ia terus berkarya melalui gereja-Nya yang didiami oleh Roh. Kita, karena itu, dapat menerima peneguhan baru dalam firman Yesus, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20).
2. Pentakosta memulai proklamasi Injil ke seluruh dunia.
Kematian Yesus di hari Paskah dan kebangkitan-Nya yang penuh kuasa tiga hari kemudian menandakan “buah sulung” dari kemenangan Allah terhadap dosa dan maut (1 Korintus 15:20-24). Yesus telah menyelesaikan segala yang dibutuhkan agar Injil dapat diwartakan dan menggapai kemenangan (Ibrani 2:14-15; Wahyu 20:1-3). Pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta menandakan bahwa panen yang lebih besar telah dimulai.
Tiga ribu jiwa yang ditambahkan dalam gereja di hari Pentakosta berasal dari berbagai pelosok dunia Romawi. Mereka, pada gilirannya, akan membawa Injil kembali pada keluarga dan komunitas mereka. Struktur narasi dari Kisah Para Rasul berlanjut pada murid yang dikuasai Roh Kudus dan membawa Injil dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Anda mendengar tentang Paskah karena Pentakosta. Ladang sudah menguning siap untuk dipanen dan, sebagai bagian dari gereja milik Kristus yang bangkit, kita juga dapat “…pergi…, jadikan semua bangsa murid” (Matius 28:18).
Pentakosta menandakan datangnya pemulihan yang lebih utuh dan perayaan yang lebih besar.
Di hari Pentakosta, Petrus menyatakan bahwa nubuat dalam Yoel 2:28-31 akan digenapi. Menariknya, nubuat akan karunia eskatologis Roh Kudus ini dicatat persis setelah janji Allah yang tak kalah luar biasa dalam Yoel 2:25-27,
“Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu. Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya. Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.”
Sekalipun pemerintahan Yesus berkuasa dan kekal, tetapi pemerintahan-Nya belum terwujud dalam ekspresi yang sepenuhnya di bumi ini. Sekalipun maut pasti sudah dikalahkan, maut belum hancur lebur pada kesudahan pamungkasnya (1 Korintus 15:24-26). Paulus mengingatkan kita bahwa ciptaan masih menantikan pemulihan yang utuh. Bahkan kita sendiri yang “telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Roma 8:23).
Pentakosta menunjukkan bahwa sejarah telah ditakdirkan untuk terus bergerak pada pemulihan segala hal. Mempelai laki-laki telah datang; mempelai perempuan-Nya sedang menyiapkan diri. Kita sedang menantikan perayaan terbesar dari segala masa.
Lalu ia (malaikat) berkata kepadaku: “Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Katanya lagi kepadaku: “Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.” (Wahyu 19:9)
Comments