JUSTIN DILLEHAY
Sumber: thegospelcoalition.org
Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)
Kisah Yesus dimuliakan di atas gunung (transfigurasi Yesus) mungkin terasa aneh jika kita tidak sungguh memahaminya. Coba saja pikirkan kisah ini. Yesus naik ke atas gunung dengan tiga murid-Nya dan bertemu dengan dua nabi yang sudah wafat, dan sembari bersinar-sinar! Bahkan kata “transfigurasi” adalah sebuah kata yang tidak pernah kita gunakan kecuali ketika merujuk pada kisah ini.
Sama seperti setiap kisah dalam Injil Matius, kisah ini berfokus pada Yesus dan bertujuan untuk menyatakan kepada kita sesuatu tentang Dia. Kalau begitu apa yang tranfigurasi nyatakan kepada kita tentang Yesus? Saya ingin menggarisbawahi tiga hal.
1. DIALAH ANAK MANUSIA YANG AKAN DATANG DALAM KEMULIAAN.
Matius menempatkan kisah ini segera setelah Yesus berbicara tentang “Anak Manusia” yang datang untuk menghakimi (Matius 16:27). Jelas bahwa hal ini merujuk pada akhir zaman (bandingkan Matius 13:39-43, 49)– inilah alasan mengapa menjadi sangat membingungkan saat Yesus selanjutnya berkata, “Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” Siapa yang bisa hidup demikian lama?
Ternyata jawabannya adalah Petrus, Yakobus, dan Yohanes (Matius 17:1). Tiga penulis Injil (sinoptik) menempatkan pernyataan yang membingungkan ini persis sebelum peristiwa transfigurasi, dan kemudian membingkai peristiwa transfigurasi dalam referensi kronologis (contohnya: “Enam hari kemudian,” Matius 16:28;17:1; Markus 9:1-2; Lukas 9:27-28).
Walaupun para pakar Alkitab berbeda pendapat, saya menyetujui pandangan R.T. France bahwa pernyataan yang membingungkan dalam Matius 16:28 adalah rujukan kepada peristiwa transfigurasi yang terjadi enam hari kemudian. Hal ini menolong kita untuk melihat peristiwa transfigurasi sebagai cicipan akan akhir zaman ketika Anak Manusia akan datang “dalam kemuliaan Bapa-Nya” (Matius 16:27). Tidak semua yang hadir hari itu akan melihatnya, tetapi Petrus, Yakobus, dan Yohanes melihatnya–dan mereka tidak akan pernah melupakannya (2 Petrus 1:16-18; Yohanes 1:14).
Tentu saja, rujukan “Anak Manusia” adalah gaung dari Daniel 7:13-14, di mana “seorang seperti anak manusia” (Yesus) datang kepada “Yang Lanjut Usianya” (Allah Bapa) dan diberikan sebuah kerajaan yang kekal. Apakah sebuah kebetulan bahwa Yang Lanjut Usianya digambarkan mengenakan “pakaian…putih seperti salju” (Daniel 7:9), sama seperti Yesus dalam peristiwa ini digambarkan berpakaian “putih bersinar seperti terang” (Matius 17:2)? Saya yakin hal ini bukanlah kebetulan (bandingkan Daniel 7:9 dengan Wahyu 1:14).
Transfigurasi Yesus adalah cicipan atas peristiwa yang akan terjadi di masa depan, ketika Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan untuk menyempurnakan kerajaan-Nya. Namun, kerajaan yang ditegakkan di masa depan ini hanya dapat didirikan melalui kematian dan kebangkitan-Nya, karena itulah Yesus memperingatkan tiga murid-Nya untuk, “Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati” (Matius 17:9). Sepertinya mereka menceritakannya kepada Matius.
2. DIALAH ANAK ALLAH DENGAN KEMULIAAN YANG TERSEMBUNYI.
Kehadiran Musa dan Elia adalah salah satu adegan yang paling menarik dalam kisah ini. Di mana lagi dalam Perjanjian Baru Anda menemukan tokoh Perjanjian Lama hadir secara bersamaan?
Namun, tidak sulit untuk melihat mengapa Musa dan Elia perlu dipanggil untuk peristiwa yang penuh kemuliaan di atas gunung ini. Lagipula, keduanya pernah memiliki pengalaman bersama Allah di atas gunung juga (Keluaran 24:9-34:35; 1 Raja-raja 19:8-18). Pengalaman Musa sangatlah relevan, karena pengalaman itu mengakibatkan transfigurasinya sendiri, kala wajahnya bersinar begitu terang sehingga mereka harus menutupinya dengan selubung (Keluaran 34:29-35).
Namun, Yesus tidak hanya bersinar seperti yang Musa alami, atau seperti yang akan Anda dan saya alami (Matius 13:43). Terang-Nya lebih dari kemuliaan yang terpantul (dari sumbernya); terang-Nya adalah kemuliaan dari Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14). Joseph Ratzinger pernah berkata, “Yesus [tidak seperti Musa dalam Keluaran 34] bersinar dari dalam Diri-Nya; Dia tidak menerima terang, tetapi Dia sendiri adalah Terang dari terang.”
Musa pernah memohon pada Allah untuk memperlihatkan kemuliaan-Nya (Keluaran 33:18)–dan 1.500 tahun kemudian doanya masih juga dijawab, ketika ia menatap Pribadi yang adalah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibrani 1:3). Anda bisa memahaminya sama seperti Bapa mempunyai kemuliaan dalam diri-Nya sendiri, demikian juga Anak mempunyai kemuliaan dalam diri-Nya sendiri (bandingkan Yohanes 5:26).
Jadi, peristiwa transfigurasi bukan hanya sebuah cicipan akan masa depan; peristiwa ini juga sebuah celah mengintip kekekalan di masa lalu pada “kemuliaan yang [Kristus] miliki bersama [Sang Bapa] sebelum dunia ada” (Yohanes 17:5). Transfigurasi adalah sekilas pandang di balik tabir pada kemuliaan yang Kristus miliki secara kekal, terlepas dari tersembunyinya wujud Allah yang penuh kemuliaan di balik rupa seorang hamba yang rendah hati (Filipi 2:5-7).
3. DIALAH SANG ANAK (DAN NABI) YANG KEPADA-NYA KITA HARUS TAAT.
Selain dari pengalaman mereka bersama Tuhan di atas gunung, ada kemungkinan alasan lain mengapa Musa dan Elia dihadirkan di atas gunung itu.
Musa dan Elia mewakili hukum Taurat dan para nabi, dan kehadiran mereka meneguhkan gambaran yang Matius tampilkan bahwa Yesus adalah Pribadi yang menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi (Matius 5:17). Musa dan Elia berkata, “Demikianlah firman Allah,” tetapi Sang Anak menyatakan secara gamblang, “Tetapi Aku berkata kepadamu” (Matius 5:22, 28, 32, 34, 39, 44). Hukum Taurat dan kitab para nabi telah bernubuat hingga Yohanes, tetapi mereka menemukan klimaks dalam Yesus. Pribadi yang begitu mulia sehingga tidak seorang pun layak untuk membawa kasut-Nya (Matius 3:11; 12:11, 13).
Namun, Musa tidak hanya mewakili hukum Taurat. Musa juga seorang nabi. Sesungguhnya, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel seperti Musa, yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka (Ulangan 34:10).
Hingga saat ini.
Musa berhadapan muka dengan Sang Nabi yang dia prediksi sendiri dalam Ulangan 18:15. Sesungguhnya, kata-kata “Dengarkanlah Dia” (Matius 17:5)–yang membentuk satu-satunya tambahan dibanding dengan pengulangan kata demi kata dari apa yang Allah katakan saat Yesus dibaptis (Matius 3:17)–secara intensional membangkitkan ingatan akan kata-kata Musa, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan” (Ulangan 18:15). Matius memberitahu kita bahwa Yesus adalah Sang Nabi itu.
Dan bahkan lebih dari seorang nabi. Elia nabi yang baik. Musa nabi yang hebat. Namun, saat Petrus mengusulkan membangun tenda bagi mereka berdua dan Yesus, Bapa tidak menginginkannya (Matius 17:4). Mereka adalah nabi-nabi-Nya, tetapi (Yesus) adalah Anak-Nya! Dan ketika terang itu meredup dan kemuliaan itu lenyap, “mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri” (Matius 17:8).
PELBAGAI WAJAH KEMULIAAN KRISTUS
Peristiwa transfigurasi seperti sebuah prisma yang melaluinya kita dapat melihat kemuliaan Yesus dengan aneka aspeknya.
Dalamnya kita melihat gambaran dari kekuasaan-Nya yang unik.
Dalamnya kita memperoleh sekilas gambaran dari kemuliaan kekal yang diselubungi-Nya.
Juga dalamnya kita diberikan sebuah cicipan tentang bagaimana hidup kita nantinya di gunung yang terakhir di mana kita semua akan mengalami transfigurasi (Matius 13:43), di mana kemuliaan-Nya akan menyediakan semua cahaya yang kita butuhkan (Wahyu 21:23; 22:4-5), dan di mana Dia akan berdiam (ber-“tabernakel”) tidak hanya dengan Musa dan Elia, tetapi dengan seluruh umat-Nya (Wahyu 21:3). Itulah kemuliaan yang sesungguhnya.
Comentarios